8.3.
Shalat Shubuh di Aqso
“ Katakanlah , “ Sesungguhnya
Shalat, Ibadah, hidup dan Matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta alam “ (
Al An’am : 162 )
Kami bersegera keluar dari hotel dan menyusuri jalan
jalan lengang dinihari yang dingin, sunyi dan sepi sejak keluar dari hotel. Langkah
langkah kaki kami ketika menapaki aspal dingin adalah seperti alunan musik
klasik dengan partitur yang sama. Keremangan lampu lampu jalan dalam kabut
musim dingin di dinihari menemani deru nafas kami yang menghangat. Tidak ada
suara, kami semua tenggelam dalam suasana hening dan desiran angin dingin yang
membekukan wajah, menikmati kesunyian dengan dikeliling hanya kebisuan yang
hampa.
Dari kejauhan dinding- dinding batu yang membatasi kota tua
itu tegap berdiri dan jalanan disekitarnya terlihat.....sepi dan senyap, berbeda
dengan suasana iring iringan jamaaah yang berbondong – bondong di Mekkah atau
Madinah diwaktu yang sama menuju ke Masjid Nabawi atau Masjidil Haram. Kami melewati
pintu gerbang yang temaram itu dan menapaki jalan batu licin yang tak rata
dengan kanan kiri dinding yang basah oleh embun. Beberapa bagian gelap gulita tanpa cahaya. Sementara
bagian lain dengan cahaya redup samar lampu pijar kuning yang dipaksa untuk menerangi
pekatnya malam. Beberapa cahaya mengintip bias dari jendela-jendela tua di
pinggir jalan setapak. Kami terus melanjutkan langkah dijalan batu di dalam
komplek kota tua menuju pintu gerbang
lain untuk masuk kawasan Al haram Al Syarif yang suci.
Jalan berbatu
yang berukuran lebar dua meter itu makin ke dalam makin sempit dan ber anak tangga
menurun dan berkelok serta bercabang. Ketika
kami berbelok kanan untuk masuk ke gerbang Lion, aku melihat kerumunan orang
orang yang berada di depan pintu gerbang berwarna hijau yang masih tertutup
rapat. Beberapa dari mereka duduk bergerombol disalah satu sisi sementara
beberapa lainnya duduk di depan gerbang yang masih tertutup rapat.. ….terkunci.
Ya Allah......mereka mengunci pintu gerbang untuk
masuk ke Masjidil Aqsha???? Hatiku terguncang menyaksikan beberapa orang laki
laki yang sujud bersimpuh di depan gerbang tersebut sementara beberapa wanita
setengah baya juga menunggu dengan duduk
di pinggir tembok dingin. Aku melirik jam di tanganku 03.54 dini hari. aku
bertanya – tanya dalam hati berapa lama lagi gerbang itu akan mereka buka?
Mengapa tidak mereka ijinkan para muslim yang ingin datang lebih awal dan
bershalat Tahajud di Masjidil Aqso ini, mengapa tidak mereka ijinkan para
muslim ini untuk bebas setiap saat mengunjungi dan bersujud di Masjidil Aqso, seperti
di Masjidil Haram ? Berbagai pertanyaan itu melintas dalam benakku.
04.05 aku masih melirik ke gerbang yang masih
tertutup rapat, para muslim laki laki dan perempuan makin banyak yang
berdatangan. Beberapa dari mereka memperhatikan wajah kami yang berbeda. Dan
beberapa darinya dengan bahasa isyarat mengatakan “ one minute the gate will be open
“ ketika aku menunjuk ke gerbang dan jam
tanganku. Dan one minute demi one minute berlalu dan gerbang belum juga
terbuka. Aku kian gelisah menunggu.
selanjutnya baca di buku perjalanan di bumi para nabi yaaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar